Kamis, 07 Oktober 2021

Pithecanthropus Erectus Artinya

Pithecanthropus Erectus Artinya 

Pithecanthropus Erectus Artinya - Pithecanthropus Erectus adalah manusia purba yang pertama kali ditemukan fosilnya di Pulau Jawa, Indonesia. Fosil Pithecanthropus erectus ditemukan di Desa Trinil, Solo, Jawa tengah pada tahun 1891. Sejarah penemuan Pithecanthropus erectus pertama kali yang ditemukan adalah fosil sebuah atap tulang tengkorak dan verum atau tulang paha. Penemu Pithecanthropus erectus adalah ahli geologi dan ahli anatomi asal Belanda, Eugene Dubois. Eugene Dubois semula melakukan perjalanan ke Asia tenggara untuk menentukan nenek moyang Indonesia modern setelah itu mencari fosil di Sumatera dan selanjutnya memutuskan untuk pindah ke Pulau Jawa.

 

Pada tahun 1890 Eugene dubois mulai melakukan pencarian fosil di sepanjang Sungai Bengawan Solo di Desa Trinil pada bulan Agustus 1891. Dalam pencariannya, Eugene Dubois berhasil menemukan tulang tengkorak manusia purba pada Oktober 1891. Sementara ditemukan setelahnya di lubang yang sama tempat penemuan pertamanya itu, beberapa fosil yang mendukung penemuan pertama. Berdasarkan itulah Eugene Dubois berhasil mengklasifikasikan dan memberi nama hasil penemuannya sebagai Pithecanthropus erectus. Pithecanthropus erectus artinya adalah manusia kera yang berjalan tegak. 


Ciri-ciri Pithecanthropus erectus 


Ciri-ciri Pithecanthropus erectus adalah sebagai berikut: 

- Volume otak pithecanthropus erectus adalah 900 cm kubik(cc);

- Tengkorak darurat dengan dahi sempit -bagian naik di sepanjang bagian atas kepala untuk meredakan otot rahang yang kuat;

- Tulang tengkorak yang sangat tebal, alis tebal, rahang besar tanpa dagu;

- Gigi pada dasarnya seperti gigi manusia meskipun dengan beberapa fitur mirip seperti tari besar yang sebagian tumpang tindih;

- Berjalan tegak sepenuhnya seperti manusia modern (dengan adanya tulang femur);

- Tinggi mencapai 170 cm (5 kaki 8 inci).

Sabtu, 19 Juni 2021

Cara Berpikir Diakronik Dalam Mempelajari Sejarah

Cara Berpikir Diakronik Dalam Mempelajari Sejarah

Cara Berpikir Diakronik Dalam Mempelajari Sejarah - Secara etimologi kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu berdasarkan kata diakronis atau diachronich. Kata diachronich sendiri terdiri dari dua kata yang memiliki pengertian yaitu dia  yang memiliki arti melalui/melampaui/melintas dan kata chronicus/khronos yang memiliki arti waktu (perjalanan waktu). Berdasarkan dari pemahaman kata tersebut, maka diakronis memiliki pengertian memanjang dalam waktu, namun terbatas dalam ruang.

Di dalam membayangkan masa lalu yang penuh dengan kejadian terkadang seseorang diliputi oleh kekalutan tentang hal-hal apa yang terjadi lebih dahulu dan manakah yang terjadi kemudian. Urutan peristiwa secara kronologi dalam masa lalu adalah suatu hal yang fundamental di dalam setiap pengetahuan sejarah.

Cara berpikir diakronik adalah cara berpikir yang kronologis (urutan) dalam menganalisis suatu peristiwa. Kronologis sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti chronos (waktu) dan logos (ilmu) yang berarti kronologi adalah ilmu tentang waktu. Tujuan pengunaan kronologi di dalam sejarah adalah untuk menghindari kerancuan waktu di dalam sejarah.

Kronologi adalah urutan-urutan waktu tentang catatan kejadian-kejadian. Memahami kronologi di dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lalu berdasarkan urutan waktu secara tepat. Selain itu juga dapat membantu untuk membandingkan kejadian-kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang memiliki keterkaitan dengan rangkaian peristiwa yang sedang diamati. Sehingga cara berpikir sejarah yang diakronik juga dianggap berpikir dalam lintas waktu (time trajectory).

Sejarah adalah ilmu diakronik, di mana sejarah mementingkan proses, dan sejarah akan membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai dengan urutan waktu terjadinya peristiwa. Dengan menggunakan pendekatan diakronik, sejarah berupaya untuk melakukan analisis suatu evolusi/perubahan dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk dapat menilai bahwa perubahan itu terjadi di sepanjang waktu.

Oleh karena ilmu sejarah bersifat diakronik maka yang menjadi pembahasan di dalam sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh manusia di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa apa yang dialami oleh manusia tidak bersifat statis, melainkan bersifat dinamis, terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu, berubah, berkembang, berkesinambungan, bahkan terjadi pengulangan. Hal ini terjadi oleh karena manusia sebagai pelaku utama dari gerak sejarah yang memiliki sifat dinamis. Sifat dinamis manusia itulah yang menjadikan peristiwa-peristiwa sejarah pun juga bersifat dinamis (berubah-ubah).

Berdasarkan oleh kenyataan itulah maka peristiwa yang terjadi tentu saja disebabkan oleh peristiwa yang telah mendahuluinya, sebagaimana juga peristiwa yang terjadi di masa kini disebabkan oleh peristiwa yang terjadi di masa lalu, dan begitu juga peristiwa yang terjadi di masa depan akan disebabkan atau dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di masa sekarang. Sehingga terdapat suatu hubungan antara peristiwa yang terjadi di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang melalui hubungan sebab-akibat atau yang biasa disebut juga dengan kausalitas dan saling memengaruhi antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

Seorang sejarawan maupun penulis sejarah tentunya akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan suatu variabel tertentu, sehingga memungkinkan sejarawan maupun seorang penulis sejarah untuk dapat memberikan penjelasan mengapa suatu keadaan tertentu muncul/terjadi dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu berkembang/berkelanjutan.